Don't make friends with bad persons, who are negatives or hurt you pyshically and mentally; it makes sense. Don't marry them, it makes sense. Don't make friends or don't have married with someone who are not in your race, your tribe, who don't have faith in the same religion as yours; it doesn't make sense. At all. You are not Hitler. And we've passed millenium, people. All we need is love. Peace, MG.

Tuesday, May 24, 2011

Vanity Fair

“Cinta diri sendiri menasihati aku supaya memberi sedekah kepada kaum miskin agar budi nuraniku tertidur dan hidup dalam kedamaian …. Tetapi ya Tuhan, yang keterlaluan ialah bahwa cinta diri sendiri itu adalah cinta curian…”


Ia menutup buku hitam itu lalu memandang tulisan emas di sampulnya: Veni Domine, Datanglah Tuhan. Telah lama ia menanti, dan rasanya yang Maha Mengerti belum datang untuknya. Bahkan hingga tahun dimana dunia diramalkan musnah. Pada tahun 2012, dunia berbeda dengan tempat yang kita huni semasa ini. Padahal jaraknya hanya beberapa bulan dari sekarang. Tapi semua memang berubah bukan? Seperti homo erectus yang berevolusi menjadi manusia dan sahara yang dulu oase menjelma gurun. Begitu pula dengan wanita pada tahun 2012. Mereka menjadi banyak. Sangat banyak. Dominan. Satu-satunya jenis manusia yang ada di muka bumi, sementara hewan masih terdiri dari jantan dan betina.


Dunia hancur? Tidak. Mungkin belum. Teknologi telah mempermudah proses reproduksi. Jutaan sperma berkualitas yang tersimpan di ribuan bank di seluruh dunia disuntikkan ke dalam ribuan rahim wanita yang bersedia mengandung dan melahirkan. Soal merawat, itu hal lain. Namun seperti dikutuk Tuhan, tidak seorang pun bayi yang lahir dari proses tersebut berjenis laki-laki. Ironis, tidak seorang pun laki-laki masih hidup namun sperma-sperma itu dinyatakan tidak akan habis sampai tujuh puluh tujuh kali tujuh tahun. Dan bukan tidak mungkin bahwa ada seseorang yang akan menemukan alat untuk menggandakan mani. Itupun kalau tahun ini dunia tidak musnah.


"Tidak apa, ini bukan kutukan", katanya. "Kalau yang kalian khawatirkan adalah kehilangan peran pelindung dan pengayom, banyak wanita yang lebih baik menjalankan fungsi itu daripada laki-laki. Sebut saja ibu-ibu di Sumatra Utara yang gagah berani menghadang FPI ketika mereka hendak diusir dari ladang. Kalau yang kalian risaukan adalah kehilangan peran pencari nafkah utama keluarga, contohlah ibu-ibu yang menjual minyak kelapa ketika krisis ekonomi dan suami-suami mereka di-PHK. Lagipula, mana ada wanita zaman sekarang yang susah mencicip pendidikan dan tidak berhak bekerja? Laki-laki yang menyiram air keras ke wajah dan badan wanita-wanita yang pergi bersekolah sudah musnah. Mereka hilang ditelan kesombongan mereka sendiri. Apa? Kalian menanyakan kepuasan seksual? Kenikmatan dari penetrasi melalui vagina kalian itu hanya mitos. Kalian kan pintar, apalah gunanya leluhur kita membangun arca lingga kalau bukan dimanfaatkan sebagai inspirasi mainan seks? Rabalah diri kalian sendiri, itu bentuk penghargaan yang tinggi bagi anugrah yang diberikan Tuhan untuk kita."


Akhir tahun 2011, kerusuhan komunal kembali terjadi di Ambon seperti pada masa 1999-2002. Kekasihnya tewas dalam sebuah kericuhan. Sejak itu ia dengan lantang memeluk pagan. Yang fundamentalis. Sebuah peralihan ekstrem dari agama wahyu yang dulu ia anut erat. Teori pendulum. Ada yang menyesaki dadanya ketika itu. Ketika ia mencari namun tidak pernah menemukan jawaban. Ia hilang dalam pikirannya sendiri. Saat laki-laki terakhir dinyatakan mati dalam sebuah perang, ia yakin bahwa inilah jalannya. Namun sekali lagi, ia merasa hilang. Perlahan ia merangkak ke masa lalunya.


Ada mimpi-mimpi yang muncul akhir-akhir ini. Semua datang dalam tidurnya setelah mengucap doa tentang cinta curian. Seperti malam ini.


Ada kekasihnya di sana. Mereka membicarakan hal-hal yang nyata dalam keberadaan mereka yang tak nyata. Sebuah mimpi dengan latar setahun lalu.


"Aku senang memimpikanmu, tapi tidak pada waktu ini."

"Mengapa?"

"Karena ini terakhir kali kita bercinta, lalu kamu pergi. Lalu mati. Mengapa kamu harus pergi?"

"Karena aku manusia."

"Orang-orang itu tidak pernah mengganggu kita. Biarkanlah mereka dengan perselisihan mereka. Untuk apa kamu turut campur?"

"Kamu ingat buku yang kita baca bersama itu? Kesalahan kaum sekular adalah membiarkan agama jatuh ke tangan kaum fundamentalis. Kita manusia, diberi akal budi bukan untuk tidur.

"Kamu cuma orang yang sok! Tidak tahu apa-apa! Bisamu hanya bicara saja! Tahu apa kamu tentang agama kamu sendiri? Aku tidak pernah lihat kamu beribadah! Kitab sucimu sendiri tidak pernah kamu baca, kamu menyangsikannya!"

"Aku tidak perlu buka kitab suci untuk mengerti kalau Tuhan itu baik dan kita semua sama di mata Tuhan! Aku percaya itu dan aku tidak perlu pembuktian!"


Lalu laki-laki itu berjalan meninggalkannya dengan tergesa, marah.

Seketika ia tahu mengapa yang Maha Mengerti selalu hadir namun tak pernah ia rasakan. Ia terbangun.


Tidak semua orang harus jadi pejuang, kita punya peran masing-masing.

Ingat film yang kita tonton bersama dulu?

Kesombongan adalah dosa kesukaanku, kata setan dalam film itu.

Kamu dan aku telah sombong.

Atau kami semua, yang masih diizinkan hidup?

Tiba-tiba perut bawahnya mengejang, kontraksi. Air ketuban pecah. Sudah saatnya.


Tangis bayi menyayat telinga. Semua yang membantunya melahirkan menangis. "Jangan tangisi aku, tangisilah diri kalian sendiri", lirih. Tak lama kemudian, ia menghembuskan napas terakhir. Wanita-wanita itu memang bukan menangisinya, melainkan makhluk hidup tak berdosa yang kini ada di tangan mereka. Terharu. Seorang bayi laki-laki.


Mungkin dunia belum boleh kiamat.

6 comments:

  1. kalo menurut temen2 tercinta saya ini lumayan, boleh ga skripsi saya dganti tulisan ini sajaaa D:

    ReplyDelete
  2. bole juga lu, Gosret!

    ReplyDelete
  3. @pandji: sebenernya ga ada alasan khusus ndji. salah satu inspirasi tulisan absurd ini tuh qoutenya si setan yg diperanin sm al pacino di the devil's advocate: vanity,definitely my favorite sin. tadinya mo gw kasih judul "dosa kesukaan setan", tapi terlalu gamblang. keliatannya "vanity fair" lebih menarik. gw ngambil definisi vanity fair yg ini: A place or scene of ostentation or empty, idle amusement and frivolity (dpt dr inet).
    lagian, siapa jg ga penah ngrasa sombong, brasa ngerti dan tau segalanya?
    si "dia", okelah dulu dia penganut agamanya yg taat blabla, tp dia ga menemukan ketuhanan dlm ketaatannya itu. dia mungkin apal ayat2, tp dia ga paham. mknya dia gampang beralih scara ekstrem, teori komunikasi pendulum itu loh. dia masih mencari.
    si "kekasihnya", dia kira dgn percaya sm tuhan uda cukup tapi nilai2 agamanya ato agama lain dia ga tau dan ga mau tau. baca aja dia males. pdahal agama2 kan jg punya nilai-nilai luar biasa yg edukatif dan klo aplikasinya efektif diharapkan bs "memanusiakan manusia". tp kedua org ini punya kelebihan sendiri2 sih, dan gw terinspirasi sm org2 di sekitar gw loh :p

    @catra: makasi pantat :)

    ReplyDelete